Robot Ikan Pantau Kualitas Air di Venesia, Italia

Bunga bakung, ikan dan kerang dari varietas elektronik ditempatkan di dan sekitar kanal-kanal di Venesia. Ini merupakan bagian rancangan proyek untuk memantau kualitas air di kota penuh kanal itu.

Ikan, remis dan bunga bakung di kanal ini adalah robot unik yang merupakan bagian proyek empat tahun bernilai hampir lima juta dolar untuk memantau kualitas air di sekitar Venesia.

Francesco Barbariol di Institut Ilmu Maritim Eropa mengatakan, "Subkultron adalah proyek kecerdasan buatan yang ditujukan untuk menciptakan lubuk terbesar ikan robot di dunia. Tujuan proyek ini adalah menambah pengetahuan tentang dasar laut dan dari sudut pandang teknologi, berupaya mengalihkan kemampuan manusia ke benda-benda berteknologi tinggi."


Robot-robot ini ada di semua tingkat kanal dan bekerjasama untuk terus memantau kualitas air di Venesia.

"Remis yang ada di dasar laut mengumpulkan data. Mereka mengirim data ini pada ikan yang mengalihkan data itu pada bunga bakung. Bunga bakung ini bertindak sebagai jembatan komunikasi dengan para tim peneliti. Ikan juga bisa mengumpulkan data sendiri, sementara bunga bakung bisa mengisi ulang baterai piranti-piranti lain di bawah laut, tambahnya.

Proyek ini dikelola oleh Institut Ilmu Maritim Swedia. Gagasannya adalah robot-robot ini akan melakukan dari jarak jauh apa yang harus dilakukan para peneliti dengan tangan.

Seorang peneliti lain di Institut Ilmu Maritim Eropa Fabrizio Bernardi Aubry mengatakan, "Kualitas air di laguna ini cukup baik. Tidak ada pencemaran oleh industri, dan kota ini sekarang memiliki sistem saluran pembuangan modern. Tidak seperti sebelumnya ketika semua limbah disalurkan langsung ke dalam air."

Robot-robot tidak saja memantau kualitas air. Seiring berjalannya waktu dan keberadaan kecerdasan buatan yang semakin pintar, piranti ini juga akan mencari spesies yang mematikan dan segala jenis perubahan yang terjadi di air, seperti sumber pencemaran baru dan tidak biasa.

Robot-robot ini akan berenang mengeliling Venesia hingga tahun 2019, namun suatu hari nanti piranti ini juga bisa disebarkan ke seluruh samudera lain di dunia.

Sumber Satu Jalur: voaindonesia.com